Rencana tarif global yang direvisi oleh Presiden AS Donald Trump, yang diumumkan pada hari Kamis, memberlakukan bea masuk sebesar 40% untuk barang-barang dari Laos dan Myanmar — tingkat tertinggi kedua secara global setelah Suriah sebesar 41%.
Gedung Putih tidak memberikan penjelasan yang jelas untuk menargetkan kedua negara Asia Tenggara tersebut, yang volume perdagangannya dengan AS relatif kecil.
Myanmar, masih di bawah sanksi AS menyusul kudeta tahun 2021, mencatat USD 734 juta dalam perdagangan dengan AS pada tahun 2024.
Pengumuman tarif ini datang hanya sehari setelah junta Myanmar mencabut keadaan darurat menjelang pemilihan yang banyak dikritik.
Mengenai Laos, ekspor AS mencapai total USD 40,4 juta tahun lalu, sementara impornya mencapai $803,3 juta.
Washington telah menyatakan kekhawatiran yang meningkat atas ketergantungan ekonomi Laos pada China dan utang yang meningkat terkait proyek infrastruktur China.