Bank Sentral Sri Lanka mempertahankan suku bunga acuan pada 7,75% selama pertemuan Juli 2025, bertujuan untuk mengarahkan inflasi menuju target 5% sambil mendukung pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Bank sentral juga mempertahankan Tingkat Fasilitas Peminjaman Berdiri pada 8,25%, sementara Tingkat Fasilitas Penyimpanan Berdiri tetap pada 7,25%.
Keputusan ini menyusul tanda-tanda deflasi yang melonggar, dengan proyeksi inflasi diperkirakan akan berbalik positif pada Q3 dan secara bertahap mendekati target.
Inflasi inti diperkirakan akan meningkat seiring kondisi permintaan membaik.
Di sisi PDB, ekonomi tumbuh sebesar 4,8% pada Q1-2025, dan indikator menunjukkan momentum pertumbuhan ini akan bertahan.
Kredit kepada sektor swasta tetap kuat dan merata, didukung oleh penurunan tingkat pasar.
Di sisi eksternal, defisit perdagangan Sri Lanka melebar, tetapi pariwisata dan arus remitansi tetap kuat.
Tinjauan kebijakan berikutnya dijadwalkan pada 24 September 2025.